Kabupaten Sampang..?? mendengar namanya kita pasti akan langsung terbersit pulau Madura, yang begitu menawan dengan keindahan malam ”Jembatan Suramadu”. Sungguh pemandangan indah yang membuat semua orang tertarik untuk mengunjunginya. Tak hanya hal tersebut yang menjadikan alasan orang datang ke Madura, tetapi seperti halnya pagi ini, Selasa 30 Maret 2010, Kabupaten Sampang menyelenggarakan perayaan yang meriah sehingga orang pun tertarik untuk mengetahuinya. Di Kabupaten Sampang yaitu di Kecamatan Sampang wilayah Puskesmas Kamoning, pagi itu suasana begitu ”heboh” dengan kesenian tradisional setempat. Mereka sangat antusias dan bangga dapat membuktikan dan berkomitmen kuat bahwa 10 desa di Wilayah Kamoning sudah terbebas dari BAB di sembarang tempat.
Semua merupakan buah kesabaran dan komitmen dari semua pihak yang bekerja bersama.Kabupaten Sampang adalah kabupaten yang mendapatkan Program SToPS pada batch -3 bersama 7 kabupaten lain di Jawa Timur sejak bulan Agustus 2009. Karakteristik secara umum masyarakat di kabupaten Sampang sebagian besar adalah masyarakat agamis. Hal tersebut sangat kental terasa ketika berada di Wilayah Puskesmas Kamoning Kecamatan Sampang. Seperti kita tahu selama ini, memasuki wilayah yang sangat agamis, merupakan tantangan tersendiri karena dianggap sulit, karena banyak aturan yang harus dicermati dan ditaati. Tetapi di Kecamatan Sampang justru hal yang awalnya terasa sulit, bisa menjadi mudah ketika kita mau mengikuti aturan maen dan dapat beradaptasi. Contohnya di Desa Panggung wilayah Puskesmas Kamoning kecamatan Sampang adalah salah satu desa sasaran program SToPS (Sanitasi Total dan Pemasaran Sanitasi) yang memiliki karakteristik agamis kuat. Tetapi setelah 8 bulan intervensi dengan melakukan pendekatan ke tokoh agama, perubahan di komunitas dapat terwujud sebab pada umumnya di dalam komunitas agamis, masyarakat akan sangat tunduk dan menuruti apa yang diarahkan oleh tokoh agama, sehingga ketika tim fasilitator mengajak para tokoh agama dan perangkat untuk bersama-sama bergerak untuk memerangi buang air besar sembarangan dimana metode yang dilakukan dengan pendekatan melalui kajian agama, hasilnya sungguh luar biasa, dalam tempo singkat masyarakat desa Panggung menyatakan diri ODF. ODF bisa terwujud berkat perjuangan seorang Srikandi Sanitasi Kabupaten Sampang, salah satunya yaitu ibu Hastatik (petugas sanitasi Puskesmas Kamoning), dengan hanya berbekal ilmu pengetahuan (metode pemicuan) dari pelatihan CLTS dengan dana APBD tahun 2008, beliau bisa menyulap perilaku masyarakat agar tidak lagi BAB (buang air besar) disembarang tempat, dimana beliau melibatkan peran serta dari para kyai alim ulama, tokoh masyarakat (kepala desa), dukungan seluruh elemen / staf dari puskesmas beserta masyarakat.
Di Wilayah Puskesmas Kamoning, data dasar (nama per orang, pekerjaan, penghasilan sampai dengan BAB di mana) bisa di peroleh by name by address dengan dukungan staf kesehatan lingkungan di bantu bidan desa. Bahkan data dasar ini dilaporkan & di bukukan secara rapi sebagai bahan dasar analisis perubahan perilaku masyarakat. Dari data tersebut, di ketahui bahwa, sebagian besar masyarakat BAB di jamban, ada yang tidak sehat “kakos” orang madura mengatakan. Yakni jamban sederhana, dengan hanya menggali lobang pembuangan tinja dan di berikan cor-coran semen atau bambu sebagai pengganti wc leher angsa. Nah… ini, yang menjadikan semangat sanitarian untuk berjuang dan berjuang lebih gigih, agar kebiasaan ini bisa di ubah sedikit agar mereka (masyarakat) dapat dengan sadar hidup sehat dan nyaman, yaitu dengan dilakukan triggering dan memberikan pengetahuan bahwa kebiasaan tersebut kurang sehat dan berupaya agar masyarakat dengan sendirinya sadar untuk membuat tutup kakos dengan Sumber Daya Alam yang ada dan menutup jamban yang masih terbuka dengan rapat. Setelah masyarakat mau bergerak, baru terlihat bahwa ternyata program SToPS ini dapat dengan mudah diikuti masyarakat di Kabupaten Sampang, hal ini terlihat ketika diadakan pertemuan aparat desa, masyarakat sangat antusias, bahkan tetangga desa/ masyarakat yang baru mendengar bahwa BAB di sembarang tempat bisa membahayakan orang lain, masyarakat tersebut langsung membuat jamban yang sehat meski sederhana dalam pembuatannya. Karena kita tahu, orang madura mayoritas sangat menjunjung tinggi nama baik dan berusaha untuk tidak menyakiti dan membuat sesama menderita karena kesalahan dan perilaku kita, sehingga ketika dipicu bahwa dengan BAB sembarangan berarti sudah membuat maksiat dan derita bagi sesama yang lain, bagi orang madura hal itu adalah “tabu” dan memalukan sehingga kalau sudah terpicu / menyadari, langsung saat itu juga akan membuat dan berubah ke jamban (terpusat).Kunci perubahan yang cepat, selain men-triger dengan metode pendekatan berdasar karakteristik setempat, Masyarakat menantikan peran serta toma & toga dalam perubahan perilaku tersebut. Meski hanya di monitoring dalam proses pembuatan jamban, masyarakat sudah merasa bangga dan merasa dihargai karena wujud apresiasi tidak melulu reward materi tetapi juga dapat dengan kunjungan rutin para stakeholder baik di lingkup desa, kecamatan maupun kabupaten. Selain pelibatan lintas sektoral dan multi peran dalam masyarakat, Kehadiran fasilitator di masing-masing desa dan fasilitator CLTS yang terlatih tingkat kecamatan tahun 2008-2009, mampu mendorong sistem monitoring untuk percepatan ODF. Budaya masyarakat madura yang masih murni perdesaan, sangat tepat dilakukan pendekatan dengan menggunakan metode CLTS, sehingga perubahan perilaku secara cepat bisa tercapai.Berdasar data per April 2010, Keberhasilan Kabupaten Sampang mencapai 17 Desa ODF dan 7 dusun ODF(di 7 desa), bukan semata-mata kerja sanitarian dan Dinas Kesehatan. Tetapi, yang cukup mengagumkan adalah Jumlah personil Penyehatan Lingkungan (PL) yang amat sedikit, yakni hanya dua orang, khusus membidangi TSSM / STBM hanya 1 orang. Namun mampu memberdayakan fasilitator yang ada, Fasilitator tersebut di dominasi oleh Kader Desa. Mereka dijembatani oleh sanitarian dan PMD kecamatan (Lintas Sektor Kab, Kec, Toma pernah dilatih dalam pelatihan CLTS Th 2008, 2009).Keberadaan kader desa ibaratnya seperti tanah subur yang siap ditanami apa saja. Mereka dibina sebagai salah satu strategi Pemerintah Kabupaten untuk membangun komitmen, mengingat budaya masyarakat Madura yang sangat menghormati tokoh panutan. Adanya tokoh panutan ini memudahkan fasilitator (sanitarian, kec, kab) melaksanakan pemicuan, monitoring, dan membangun komitmen. Budaya yang demikian, sangat cocok dengan pendekatan atau pemicuan yang menggunakan metode CLTS, hingga mencapai status ODF. Masyarakat madura yang masih tradisional (Rural) , sangat mudah menerapkan metode CLTS sehingga perubahan bisa dilakukan dalam waktu yang relative singkat.Proses verifikasi dilakukan seiring dengan kegiatan monitoring, Hal itu, lebih efektif dan efisien. Berdasarkan hasil verifikasi yang dilakukan, menunjukkan sebagian masyarakat Madura masih mau menggunakan jamban cemplung sehat. Output yang didapatkan (Puskesmas Kamoning) adalah daftar nama seluruh KK dengan kepemilikan jamban (by name by adress). Komitmen Pemerintah kabupaten pun dalam program STBM, bukan main-main. Hal itu terbukti dengan disusunnya Draft Renstra (rencana strategis) yang memasukkan STBM sebagai bagian dari renstra. Bahkan, di dalam renstra itu, berusaha melibatkan lintas sektor terkait (DINKES, BAPEDDA, DEPAG, DIKNAS) dengan komitmen ODF kabupaten sampang di tahun 2015.Dengan dukungan advokasi kepala seksi penyehatan lingkungan dinas kesehatan, bapak Nizam Sutarja, ST, M. Kes beserta kepala puskesmas Ibu dr. Intan Retnosari, mempelopori gebrakan yaitu melakukan pertemuan dengan 10 kepala desa seluruh wilayah puskesmas di kecamatan sampang (Desa Panggung, Pasean, Tanggumung, Gunung sekar, kamoning, Taman Sareh, Pangilen, Pekalongan, Banyumas, Baruh). Komitmen yang di peroleh dari pertemuan (7 desa telah ODF ini), sepakat menandatangani surat keputusan kepala desa bahwa masyarakat Terbebas dari Buang air besar sembarangan serta memberikan sanksi yang telah di tentukan desa (untuk desa panggung memberikan sanksi 1 sak semen, bagi masyarakat yang ketahuan BAB sembarangan). Dari semangat masyarakat untuk hidup sehat inilah, kecamatan memberikan apresiasi Deklarasi ODF yang bertempat di desa Panggung sebagai desa pertama ODF dalam program SToPS. Alim Ulama yang berpengaruh di kecamatan Sampang KH. Muhaimin Abd. Bari dari pondok pesantren Injelan di Desa Panggung kec. Sampang mengatakan bahwa dalam keseharian ceramah di pondok pesantrennya, beliau menyisipkan himbauan “buat jeding, harus di lengkapi dengan jamban”. Hal ini menjadi terapi tersendiri bagi masyarakat kecamatan sampang. Bahwa tokoh panutannya sudah menghimbau hal tersebut, sehingga bagi masyarakat yang belum memiliki, otomatis akan berubah dengan sendirinya.Berkat kerja keras luar biasa dari semua komponen Di kabupaten Sampang, ODF bukan lagi sebuah impian tetapi sesuatu yang real dan dapat terwujud. Sehingga sebagai wujud syukur, 10 Desa di wilayah puskesmas Kamoning berkumpul bersama untuk merayakan “deklarasi sebagai pesta rakyat karena terbebas dari BAB sembarang tempat di Desa Panggung”. Deklarasi diselenggarakan di Depan Balai Desa Panggung yang dihadiri oleh Ketua Tim penggerak PKK (Ibu Bupati Kabupaten Sampang, Bapak Bupati menghadiri lemhanas), Kapolres, Sekda, Kadinkes beserta jajarannya, puskesmas, camat se-kabupaten Sampang, kepala desa seluruh wilayah Puskesmas kamoning, Tokoh alim ulama yang paling berpengaruh dan masyarakat desa panggung. Sebagai wujud cinta budaya ditampilkan pula kesenian masyarakat desa panggung kecamatan sampang, yakni seni pencak silat dan hadrah live yang di tampilkan sebelum dan sesudah kegiatan utama deklarasi serta nyanyikan & yel-yel Kabupaten Sampang yang disampaikan oleh adik2 pramuka. Yel2 ini pula di ungkapkan oleh ibu ketua PKK, yang di ikuti oleh seluruh undangan “WC ku sehat, yes..” Deklarasi ODF 10 desa ini merupakan keberhasilan dari Kabupaten Sampang dalam melaksanakan program SToPS (sanitasi total dan pemasaran sanitasi), karena dari deklarasi ini mampu menunjukkan tingginya pertumbuhan kesadaran masyarakat terhadap kebersihan lingkungan. Hal ini dibuktikan dengan sumbangan investasi masyarakat tanpa subsidi yang mencapai angka Rp 4.702.200.000. Investasi ini berupa pembangunan 5.005 jamban setelah pemicuan. Prestasi ini mendapat perhatian khusus dari Pemkab Sampang. Sekkab. Hermanto Subaidi, Ketua TP PKK Sampang Winahyu, Ketua DWP Eni Muharjuni, Kepala Dinkes Drs. Moh. Rifa'i yang hadir menyampaikan rasa bangga dan terima kasihnya kepada warga yang telah mendukung program tersebut. Begitulah indahnya deklarasi sebagai pesta rakyat yang telah berhasil memerangi kebiasaan BAB sembarang tempat dimana hal itu dapat merugikan dan tidak sehat. Harapannya dengan adanya deklarasi tersebut, gaung keberhasilan dapat tersiar ke seluruh desa di penjuru kabupaten Sampang atau bahkan ke kabupaten tetangga di Pulau Madura. Sehingga gerakan memerangi “BAB Sembarang tempat” dapat dilakukan serentak bersama.
Kalau Sudah bisa ODF beberapa desa, apalagi di Sampang 10 desa, maka tidak akan sulit utk ODF kecamatan. Selamat dan sukses utk Sampang.
BalasHapussalam kenal dokter,kamipun salut dan bangga dengan langkah dokter untuk memicu babs dan dbd ya dok?trim
BalasHapus