Kamis, Mei 27, 2010

DESA SIAGA DI JAWA TENGAH BELUM MAKSIMAL

Saat ini pemerintah sedang menggalakkan visi pembangunan kesehatan melalui program Indonesia sehat. Harapannya, masyarakat dapat hidup dalam lingkungan yang sehat, berperilaku hidup bersih dan sehat serta mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata. Desa Siaga merupakan gambaran masyarakat yang sadar, mau, dan mampu untuk mencegah dan mengatasi berbagai ancaman terhadap kesehatan masyarakat seperti kurang gizi, penyakit menular, kejadian bencana dan lain-lain.

Tujuan utama pengembangan Desa Siaga adalah untuk memeratakan pelayanan kesehatan dasar kepada masyarakat. Untuk itu perlu adanya upaya kesehatan yang berbasis masyarakat sehingga tercapai (accessible), lebih terjangkau (affordable) serta lebih berkualitas (quality).

Mardiatmo, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah menerangkan di Jateng terdapat sekitar 8.568 desa dan dari jumlah tersebut pada tahun 2006 tercatat sekitar 2.345 desa sebagai Desa Siaga. "Jumlah ini (Desa Siaga) sekarang terus meningkat menjadi hampir 7.000 desa atau sekitar 91 persen," jelasnya dalam Seminar Nasional Optimalisasi Desa Siaga untuk Mewujudkan Indonesia Sehat, di kampus UNS belum lama ini.

Tergantung Pemerintah

Jumlah tersebut menurut Mardiatmo, akan diprioritaskan untuk menekan enam masalah kesehatan di Jateng yakni, Demam Berdarah Dengue (DBD), Angka Kematian Ibu (AKI), dan Angka Kematian Bayi (AKB), tuberkulosis (TBC), gizi buruk, HIV/AIDS, serta jaminan kesehatan yang masih sangat tinggi. Tingginya masalah-masalah tersebut menurutnya, terjadi karena beberapa hal seperti ketergantungan masyarakat terhadap pemerintah dalam pembiayaan kesehatan untuk memperoleh pelayanan kesehatan, atau kurangnya kepedulian masyarakat dalam hal pencegahan.

Sehingga untuk menggerakkan program Desa Siaga, terdapat setidaknya tiga pihak yang harus dilibatkan sebagai sasaran pengembangan. Pertama, pihak-pihak yang memiliki pengaruh terhadap perubahan perilaku individu dan keluarga, atau dapat menciptakan iklim yang kondusif bagi perubahan perilaku. Kedua, semua individu dan keluarga di desa atau kelurahan. Serta ketiga, pihak-pihak yang diharapkan memberikan dukungan seperti kebijakan, peraturan perundangan, dana, dan tenaga.

Mardiatmo mengatakan pendekatan kelompok dan pendekatan keluarga merupakan cara yang dianggap paling efektif untuk membangun Desa Siaga. "Dengan pendekatan keluarga, petugas kesehatan akan lebih kenal dekat masalah yang dihadapi setiap keluarga serta potensi yang dimiliki. Meski dari segi jumlah Desa Siaga di Jateng cukup banyak, namun dari segi hasil yang dicapai masih kurang maksimal," terangnya.

Sehingga untuk melaksanakan strategi, perlu didukung oleh SDM kesehatan yang kompeten, tersedia dalam jumlah yang cukup, terdistribusi merata, serta dimanfaatkan secara efektif dan efisien dalam rangka pengembangan Desa Siaga. (dik)19mei2010
sumber :
http://harianjoglosemar.com/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar